Mengenal Museum Siginjei Kota Jambi

Admin

13 Oktober 2025

DISPARBUD KOTA JAMBI -  Pada umumnya, museum dikenal dengan suasana yang kuno dan tempat dimana disimpannya peninggalan-peninggalan sejarah maupun koleksi benda suatu daerah yang memilik nilai penting. Salah satu bangunan yang penting di area Kota Jambi adalah Museum Siginjei. Ia termasuk bangunan yang hidup ditengah hiruk-pikuk berbagai aktivitas masyarakat sekitar. Berdiri kokoh di dekat bundaran atau persimpangan  Jalan Jenderal Urip Sumoharjo, Kecamatan Telanaipura (Broni) Kota Jambi.

Museum Siginjai sendiri awalnya dikenal dengan sebutan Museum Negeri Jambi, lembaga ini menjadi sarana edukasi, wisata sejarah, dan pusat dokumentasi kebudayaan daerah. Bangunannya,  memadukan arsitektur tradisional Jambi, seperti rumah Kajang Lako dan rumah Larik dengan desain modern, menjadikannya ikon yang mencerminkan kekayaan budaya lokal. Museum ini juga menampung benda-benda bersejarah sebagai bentuk nyata jejak peradaban masa lampau.

Setelah melewati perjalanan yang panjang, Museum ini tidak lepas dari upaya pelestarian koleksi budaya. Sejak awal berdiri 1980-an, museum ini telah mengumpulkan dan menyimpan berbagai benda peninggalan masyarakat Jambi yang mencakup koleksi Geologika, Biologika, Etnografika, Arkeologika, Filologika, Historika, Numismatika, Keramologika, Seni Rupa, dan Teknologika.

Masuk pada periode 2010–2017, koleksi tersebut meningkat hingga lebih dari 4.000 item. Koleksi penting seperti keris Siginjei simbol perjuangan Rang Kayo Hitam menjadi pusat perhatian, bahkan duplikatnya tersimpan di sana, sementara yang aslinya berada di Museum Nasional Indonesia. Dari segi bangunan dan fasilitas, museum mengalami perluasan yang signifikan untuk mendukung kegiatan edukatif dan pameran.

Misalnya, ruang pameran yang dibagi berdasarkan tema: potensi alam, sejarah Candi Muaro Jambi, keramik, etnografi, hingga ruang terbuka untuk koleksi prasejarah dan transportasi tradisional. Berbagai kegiatan seperti seminar, workshop, dan pameran keliling turut digelar, termasuk kerjasama dengan museum lain di Indonesia dan luar negeri. Bahkan di tahun 2017, beberapa koleksi dipamerkan di Brussel, Belgia, sebagai bentuk promosi budaya Jambi ke kanca internasional.

Selain itu, hal tersebut juga berdampak pada peningkatan jumlah pengunjung. Diantara 2010-2017, Museum Siginjei mencatat lebih dari 475 ribu kunjungan, dengan mayoritas dari kalangan pelajar, wisatawan lokal, dan peneliti. Antusiasme tersebut menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya sejarah dan budaya lokal. Dengan koleksi yang terus bertambah, bangunan yang representatif, serta kegiatan edukatif yang aktif, Museum Siginjei kini bukan sekadar tempat penyimpanan benda bersejarah, tetapi juga pusat pembelajaran dan pelestarian identitas budaya masyarakat Jambi. 

Referensi: 

Maryuana, dkk. MUSEUM SIGINJEI PROVINSI JAMBI TAHUN 2010-2017. JAMBE: Jurnal Sejarah Peradaban Islam. Vol 3. No.2 Juli 2021. 

* Penulis Jovita Dara Yuda merupakan Mahasiswi Program Studi Sejarah Peradaban Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi