Tengkuluk Jambi: Mahkota Keanggunan Perempuan Melayu Jambi
Admin
30 Oktober 2025
DISPARBUD KOTA JAMBI - Tengkuluk merupakan salah satu penutup kepala tradisional khas perempuan Melayu Jambi yang memiliki makna lebih dari sekadar pelengkap busana. Diperkirakan sejak abad ke-7, tengkuluk telah menjadi simbol identitas perempuan Jambi, digunakan dalam berbagai kegiatan seperti upacara adat, bekerja di ladang, hingga acara resmi kerajaan. Di balik fungsi utamanya sebagai pelindung kepala, tengkuluk menyimpan nilai-nilai etika, estetika, dan spiritual yang menggambarkan keanggunan serta kehormatan perempuan Melayu.
Dalam perkembangannya, tengkuluk tidak hanya berfungsi sebagai aksesori, tetapi juga menjadi penanda status sosial dan keadaan seseorang. Posisi lipatan atau juntaian tengkuluk bisa menunjukkan apakah seorang perempuan sudah menikah atau masih gadis. Selain itu, bahan dan motif tengkuluk pun beragam, mulai dari kain songket, sutra, hingga hiasan dari emas atau perak. Ragam tersebut tidak hanya memperindah tampilan, tetapi juga memperlihatkan kekayaan budaya serta kreativitas masyarakat Jambi dalam mengekspresikan jati diri mereka.
Filosofi tengkuluk erat kaitannya dengan nilai kesopanan, tanggung jawab, dan kearifan lokal. Bentuk yang rapi melambangkan keteraturan dan kehormatan, sementara warna dan motifnya menggambarkan keindahan alam Jambi seperti flora dan fauna yang subur. Dalam budaya Melayu Jambi yang kental dengan ajaran Islam, tengkuluk juga dianggap sebagai simbol kesucian dan ketaatan, karena mencerminkan adab perempuan dalam menjaga aurat dan kehormatan diri.
Seiring dengan perjalanan waktu, tengkuluk mengalami perkembangan bentuk dan nama. Beberapa jenis yang dikenal antara lain Tengkuluk Simpul Cempaka, Tengkuluk Melati Teruri, Tengkuluk Bunga Jeruk, Tengkuluk Tudung, hingga Tengkuluk Tengkorak yang dikenal paling mewah. Setiap jenisnya memiliki makna tersendiri misalnya Tengkuluk Melati Teruri yang menandakan ketegasan dan kebijaksanaan perempuan, atau Tengkuluk Pulau Rengas yang menjadi simbol status perkawinan. Keragaman ini memperlihatkan betapa tengkuluk tidak hanya berfungsi secara estetis, tetapi juga sarat dengan pesan moral dan sosial.
Kini, tengkuluk bukan sekadar peninggalan sejarah, tetapi telah berevolusi menjadi bagian dari identitas budaya yang dibanggakan. Pemerintah daerah dan masyarakat Jambi berupaya melestarikan penggunaannya, bahkan menjadikannya ikon dalam berbagai acara, baik itu tingkat regional bahkan sampai ke nasional.
* Penulis Jovita Dara Yuda merupakan Mahasiswi Program Studi Sejarah Peradaban Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi