Tarian Sekapur Sirih, Warisan Lembut dari Tanah Melayu Jambi
Admin
06 November 2025
DISPARBUD KOTA JAMBI - Tari Sekapur Sirih adalah tarian tradisional yang berasal dari Provinsi Jambi sebagai bentuk penyambutan kepada tamu penting. Menurut beberapa sumber, tarian ini pertama kali diperkenalkan atau diciptakan pada tahun 1962 oleh seniman bernama Firdaus Chatap. Awalnya gerakannya masih dasar belum sekompleks seperti sekarang kemudian dikembangkan lagi, ditata ulang oleh seniman lain dan dilengkapi dengan properti dan iringan musik.
Dengan demikian, tari ini bisa dibilang cukup “baru” dalam konteks tradisi panjang Indonesia, namun sudah menancap kuat sebagai identitas budaya Jambi. Fungsi utama tari ini adalah sebagai tarian penyambutan tamu termasuk tamu kehormatan yang datang ke daerah Jambi. Makna yang terkandung cukup dalam: selain menyambut tamu, tarian ini mencerminkan sifat terbuka, keramah-tamahan, dan rasa syukur masyarakat Jambi atas kedatangan tamu.
Penamaan “Sekapur Sirih” sendiri punya filosofi, “sirih” sebagai daun sirih yang biasa dipakai sebagai simbol adat dalam budaya Melayu, dan “sekapur” bisa diartikan sebagai kata pengantar atau sambutan jadi tarian ini seperti menyuguhkan “sirih sambutan”. Gerakan tarinya bukan sembarangan ada struktur serta makna tiap gerakannya. Menurut penelitian, tarian ini punya ragam gerak yang bisa mencapai sekitar 17 jenis ragam gerak.
Secara umum, struktur gerak terbagi menjadi tiga bagian: gerak awal (persiapan dan penyambutan), gerak inti (inti dari penyambutan), dan gerak akhir (penutup dan simbol kebahagiaan atas kehadiran tamu). Wadah atau “cerano” yang berisi lembaran daun sirih sebagai simbol persembahan. Payung yang biasanya dibawa oleh satu penari laki-laki sebagai penghormatan. Keris dan kadang pelengkap lainnya yang menambah nilai adat.
BACA JUGA: Tengkuluk Jambi: Mahkota Keanggunan Perempuan Melayu Jambi
Para penari biasanya terdiri dari 9 penari perempuan sebagai inti, dan 3 penari laki-laki untuk membawa payung dan pengawal. Pakaian terdiri dari baju kurung, kain songket khas Jambi, sanggul lipat pandan, sunting, aksesoris seperti gelang dan anting menegaskan identitas budaya Melayu-Jambi. Tari Sekapur Sirih bukan cuma tarian estetis, tapi juga cerminan identitas masyarakat Jambi yakni budaya Melayu yang sangat menjunjung sopan santun, keramah-tamahan, dan penghormatan terhadap tamu.
Dalam acara-acara adat, penyambutan tamu resmi, festival budaya, hingga acara kenegaraan di Jambi, tarian ini kerap dijadikan simbol kehormatan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Jambi tidak melupakan warisan budaya mereka meskipun zaman terus berubah. Lebih dari itu, keberadaan Tari Sekapur Sirih juga membantu generasi muda untuk memahami dan menghargai nilai-nilai tradisi sifat hormat, keindahan gerak, dan keunikan lokal yang tak tergantikan.
Meskipun sudah cukup dikenal, tarian tradisional ini tetap menghadapi tantangan: pengaruh budaya populer, kurangnya regenerasi penari, kemungkinan kehilangan makna aslinya jika tampil di luar konteks adat. Dengan pelestarian yang tepat, tari ini tidak hanya menjadi pertunjukan, tapi tetap hidup sebagai bagian dari keseharian budaya masyarakat Jambi.
Referensi:
Ciputra William. Tari Sekapur Sirih Berasal dari Jambi: Sejarah, Makna, dan Ragam Gerakan. 07 Februari 2022.
Daniswari Dini. Tari Sekapur Sirih: Asal, Makna, Gerakan, dan Cerita. 29 Januari 2022.
Welianto Ari. Tari Sekapur Sirih, Tari Penyambutan Tamu Khas Jambi. 10 Februari 2021.
* Penulis Jovita Dara Yuda Mahasiswi Program Studi Sejarah Peradaban Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi